Ciri-Ciri Perilaku Orang Yang Beriman Kepada Qadha Dan Qadar
Daftar Isi [Tampilkan]
Orang yang terbaik di sisi Allah bukanlah orang yang tidak pernah mendapatkan ujian-ujian dari Allah, akan tetapi justru mereka adalah orang-orang yang sering mendapat ujian-Nya. Hamba-hamba Allah yang termasuk Ulul Azmi adalah contoh manusia-manusia yang sabar dan tabah menghadapi segala hambatan, tantangan dan ujian yang diberikan Allah SWT.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, sikap yang terbaik dalam menghadapi setiap Qadha dan Qadar Allah adalah sebagai berikut.
1. Sabar
Sabar dalam pengertian luas adalah menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diinginkan maupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disayangi. Para ahli tasawuf membagi kesabaran dalam tiga macam, yaitu : sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan kewajiban dari Allah, dan sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan segala maksiat.
Sikap manusia yang benar keimanannya adalah sikap yang sabar dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah SWT. Keimanan itu akan diuji oleh Allah dengan cobaan-cobaan, siapa yang benar keimanannya dia akan menerima bahwa Allah memang menguji dirinya dengan cobaan-cobaan itu. Dan Allah tidak memberi ujian di luar batas kemampuan manusia meskipun kelihatannya berat bahkan kadangkala bertubi-tubi (tak henti-henti). Dan jika kita bisa melampaui semua ujian tersebut Allah akan mengankat derajat kita lebih tinggi.
Firman Allah didalam surat Al-Baqarah ayat 155-157:
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, sikap yang terbaik dalam menghadapi setiap Qadha dan Qadar Allah adalah sebagai berikut.
1. Sabar
Sabar dalam pengertian luas adalah menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diinginkan maupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disayangi. Para ahli tasawuf membagi kesabaran dalam tiga macam, yaitu : sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan kewajiban dari Allah, dan sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan segala maksiat.
Sikap manusia yang benar keimanannya adalah sikap yang sabar dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah SWT. Keimanan itu akan diuji oleh Allah dengan cobaan-cobaan, siapa yang benar keimanannya dia akan menerima bahwa Allah memang menguji dirinya dengan cobaan-cobaan itu. Dan Allah tidak memberi ujian di luar batas kemampuan manusia meskipun kelihatannya berat bahkan kadangkala bertubi-tubi (tak henti-henti). Dan jika kita bisa melampaui semua ujian tersebut Allah akan mengankat derajat kita lebih tinggi.
Firman Allah didalam surat Al-Baqarah ayat 155-157:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٥٥) ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ (١٥٦) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ (١٥٧)
Artinya :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155) [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157) (QS. Al-Baqarah:155-157)
2. Tidak Putus Asa
Salah satu watak dasar manusia adalah sering berkeluh kesah. Ketika diberikan kecukupan rezeki, kebanyakan orang tidak bersyukur, namun apabila diberi sedikit ujian dia akan berputus asa. Jika seorang mukmin putus asa dalam menerima ujian dari Allah, sesungguhnya keimanannya itu telah rapuh. Maka ujian iman itu merupakan barometer (alat ukur) untuk menilai kadar keimanan seseorang. Misalnya seorang mukmin mendapat cobaan dari Allah SWT berupa kekurangan harta, ia berputus asa dengan tidak bekerja keras, bahkan melakukan pekerjaan haram untuk memenuhi hajat hidupnya. Jalan yang ditempuhnya menunjukan keputus asaan dia dalam menerima takdir Allah. Atau ada seorang pelajar kebetulan kemampuannya relatif tertinggal dengan teman sekelasnya, dia putus asa, dia enggan belajar dengan sungguh-sungguh, bahkan selalu menyiapkan contekan sebelum ulangan atau ujian.
Gambaran di atas menunjukan lemahnya iman menghadapi ujian dari Allah. Firman Allah di dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155) [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157) (QS. Al-Baqarah:155-157)
2. Tidak Putus Asa
Salah satu watak dasar manusia adalah sering berkeluh kesah. Ketika diberikan kecukupan rezeki, kebanyakan orang tidak bersyukur, namun apabila diberi sedikit ujian dia akan berputus asa. Jika seorang mukmin putus asa dalam menerima ujian dari Allah, sesungguhnya keimanannya itu telah rapuh. Maka ujian iman itu merupakan barometer (alat ukur) untuk menilai kadar keimanan seseorang. Misalnya seorang mukmin mendapat cobaan dari Allah SWT berupa kekurangan harta, ia berputus asa dengan tidak bekerja keras, bahkan melakukan pekerjaan haram untuk memenuhi hajat hidupnya. Jalan yang ditempuhnya menunjukan keputus asaan dia dalam menerima takdir Allah. Atau ada seorang pelajar kebetulan kemampuannya relatif tertinggal dengan teman sekelasnya, dia putus asa, dia enggan belajar dengan sungguh-sungguh, bahkan selalu menyiapkan contekan sebelum ulangan atau ujian.
Gambaran di atas menunjukan lemahnya iman menghadapi ujian dari Allah. Firman Allah di dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3:
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)
Artinya :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (2) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (3) (QS. Al-Ankabut:2-3)
Juga disebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 53:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (2) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (3) (QS. Al-Ankabut:2-3)
Juga disebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 53:
قُلۡ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ (٥٣)
Artinya :
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa [1] semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)
3. Ikhlas dan Tidak Takabur
Ikhlas artinya tulus dan sepenuh hati menerima sesuatu. Dalam hubungan dengan Qadha dan Qadar, yang dimaksud ikhlas adalah menerima segala ketentuan Allah dengan ridha. Maksud ridha disini adalah hendaknya kita bersyukur jika takdir yang terjadi pada kita adalah sesuatu yang menggembirakan dan kita bersabar atau atau tabah jika yang menimpa kita adalah sesuatu yang merugikan. Misalnya kita tidak lupa daratan, kufur, takabur, kikir dan sebagainya jika mendapat nikmat karunia. Sebaliknya kita tidak berkeluh kesah apalagi berputus asa bila ditimpa sesuatu musibah atau malapetaka. Ridha terhadap qadha dan qadar hukumnya wajib.
4. Tawakkal
Secara bahasa tawakal berarti berserah diri, sedangkan secara istilah berarti berserah diri pada qadha dan qadar Allah setelah berusaha (ikhtiar) sekuat mungkin sesuai dengan kewajibannya sebagai manusia. Firman Allah di dalam surat At-Thalaq ayat 3:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa [1] semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)
3. Ikhlas dan Tidak Takabur
Ikhlas artinya tulus dan sepenuh hati menerima sesuatu. Dalam hubungan dengan Qadha dan Qadar, yang dimaksud ikhlas adalah menerima segala ketentuan Allah dengan ridha. Maksud ridha disini adalah hendaknya kita bersyukur jika takdir yang terjadi pada kita adalah sesuatu yang menggembirakan dan kita bersabar atau atau tabah jika yang menimpa kita adalah sesuatu yang merugikan. Misalnya kita tidak lupa daratan, kufur, takabur, kikir dan sebagainya jika mendapat nikmat karunia. Sebaliknya kita tidak berkeluh kesah apalagi berputus asa bila ditimpa sesuatu musibah atau malapetaka. Ridha terhadap qadha dan qadar hukumnya wajib.
4. Tawakkal
Secara bahasa tawakal berarti berserah diri, sedangkan secara istilah berarti berserah diri pada qadha dan qadar Allah setelah berusaha (ikhtiar) sekuat mungkin sesuai dengan kewajibannya sebagai manusia. Firman Allah di dalam surat At-Thalaq ayat 3:
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣)
Artinya :
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan] nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki] Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq:3)
5. Mendorong Manusia Bekerja Keras Untuk Mengubah Nasib
Jika manusia sadar bahwa kebahagiaan tidak datang begitu saja melainkan harus diusahakan dan diperjuangkan maka dia akan khawatir jika tidak berusaha secara sungguh-sungguh walaupun yang datang kadangkala bukan kebahagiaan tetapi sesuatu yang menyusahkan. Sebab itu manusia harus bekerja keras sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Qashash ayat 77:
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan] nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki] Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq:3)
5. Mendorong Manusia Bekerja Keras Untuk Mengubah Nasib
Jika manusia sadar bahwa kebahagiaan tidak datang begitu saja melainkan harus diusahakan dan diperjuangkan maka dia akan khawatir jika tidak berusaha secara sungguh-sungguh walaupun yang datang kadangkala bukan kebahagiaan tetapi sesuatu yang menyusahkan. Sebab itu manusia harus bekerja keras sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Qashash ayat 77:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَٮٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [keni’matan] duniawi (QS. Al-Qashash:77)
Dengan demikian kita sebagai mukmin hendaknya siap menghadapi cobaan-cobaan yang merupakan ujian keimanan kita. Maka kesabaran, ketabahan dalam menghadapi segala masalah di dunia ini merupakan jalan untuk memupuk dan memperkuat keimanan. Setiap kejadian yang menimpa seorang pasti akan mendatangkan hikmah bagi pelakunya ataupun bagi orang lain. Hanya saja, hikmahnya akan diketahui kemudian hari.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [keni’matan] duniawi (QS. Al-Qashash:77)
Dengan demikian kita sebagai mukmin hendaknya siap menghadapi cobaan-cobaan yang merupakan ujian keimanan kita. Maka kesabaran, ketabahan dalam menghadapi segala masalah di dunia ini merupakan jalan untuk memupuk dan memperkuat keimanan. Setiap kejadian yang menimpa seorang pasti akan mendatangkan hikmah bagi pelakunya ataupun bagi orang lain. Hanya saja, hikmahnya akan diketahui kemudian hari.
Post a Comment for "Ciri-Ciri Perilaku Orang Yang Beriman Kepada Qadha Dan Qadar"