Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MAKALAH DAMPAK PEMAKAIAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KESUBURAN TANAH

Daftar Isi [Tampilkan]

 MAKALAH DAMPAK PEMAKAIAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KESUBURAN TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketergantungan petani akan pupuk kimia semakin besar. Hal tersebut berdampak pada penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah umum yang sering dihadapi petani salah satunya ialah kesuburan tanah, dalam hal ini berkaitan dengan tanaman yang di budidayakan. Kesuburan tanah berperan penting bagi petani, maka masalah ini perlu mendapat perhatian khusus.

Pengetahuan serta perhatian yang baik terhadap dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia akan membuat masyarakat semakin paham dan bijak. Demi menjaga kesuburan tanah saat ini perlu dilakukan langkah-langkah guna menyelesaikan masalah ini. Misalnya seperti pencampuran dengan pengunaan pupuk organik, pemakaian sesuai dosis, dan memahami kandungan pupuk kimia yang akan digunakan.

Dengan berbagai perhatian yang diberikan serta usaha yang dilakukan, diharapkan bahwa masalah degradasi kesuburan tanah ini dapat diatasi. Masalah degradasi kesuburan tanah ini merupakan hal yang sangat serius, yang berkaitan dengan pembudidaya tanaman. Sehinga hal ini berhubungan erat dengan petani yang mencakup masalah kesejahteraan pertani nantinya.

1.2 Rumusan masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan pupuk anorganik?
  2. Apa saja jenis dan kandungan pupuk anorganik?
  3. Bagaimana dampak pupuk anorganik yang ditimbulkan dari penggunaannya?
  4. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah?

1.3 Tujuan penelitian

Mengetahui dan memahami dampak negative penggunaan pupuk anorganij terhadap kesuburan tanah serta cara penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah dari dampak yang ditimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk merupakan bahan kimia/organisme yang menyediakan unsur bagi tanaman, baik secara langsung atau tidak langsung. Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pupuk anorganik umumnya dibuat oleh pabrik secara kimia. Berdasarkan jumlah hara yang manyusun, pupuk anorganik dikelompokkan menjadi dua yaitu, pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk yang mengandung satu unsur hara isebut pupuk tunggal sedangkan pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara. Berdasarkan peraturan menteri pertanian no. 08/Permentan/SR. 140/2/2007, pupuk memenuhi syarat sebagai pupuk majemuk NPK apabila total pupuk N, P2O5 dan K2O minimal 30%.

Pupuk anorganik atau yang lebih dikenal dengan pupuk kimia seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia, fisik, dan biologis. Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian besar mengandung unsur pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi yang diketahui berdampak buruk bagi kesuburan tanah. Seperti yang telah diketahui bahwa pupuk kimia adalah zat subtitusi yang dibutuhkan tanaman, sehingga sangat penting keberadaannya. Tidak semua zat tersebut dapat diserap oleh tanaman, sebagian molekul kimiawi akan merusak regenerasi humus dan sebagian yang lainnya akan hilang karena penguapan dan pencucian yang terbawa oleh air hujan (run off).

Tanah merupakan media hidup bagi tanaman secara umum. Dalam mekanismenya, tanah harus dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara tersebut secara alami mengalami “Siklus Hara Tanah”. Siklus yang dimaksud adalah seperti tanaman yang mati kemudian dimakan oleh binatang dan selanjutnya diuraikan oleh bakteri, cacing, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Dari kegiatan siklus hara tersebut dihasilkan berbagai unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun, semakin lama unsur hara tersebut semakin berkurang, sehingga kebutuhan tanaman tidak lagi tercukupi. Hal ini menyebabkan langkah-langkah guna mengatasi masalah degradasi kesuburan tanah. Menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor bahwa saat ini kandungan bahan organik tanah pertanian Indonesia sangat rendah yaitu kurang dari 2%, hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan kandungan bahan organik tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah penggunaan pupuk anorganik yang sangat intensif. Salah satu penyebab degradasi tanah adalah penggunaan pupuk yang berlebihan. Yang dimaksud berlebihan adalah penggunaan pupuk yang melebihi dosis, tidak menyesuaikan kebutuhan tanaman, serta penggunaan yang secara terus menerus tanpa

kontrol yang baik. Pupuk kimia sudah sejak lama digunakan oleh para petani di Indonesia. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani akan pupuk kimia. Diketahui bahwa 66% dari 7 Juta Hektar lahan pertanian di Indonesia dalam kondisi kritis. Artinya kesuburan tanah kurang dan lahan sangat bergantung pada pupuk kimia untuk memenuhi kebutuhan bagi tanaman. Hal ini merupakan masalah yang serius dan harus mendapatkan perhatian dari masyarakat. Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pencemaran tanah oleh pupuk kimia antara lain menggunakan pupuk sesuai takaran, mengurangi penggunaan pupuk kimia, memadukan penggunaan dengan pupuk organik, dan harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk kimia. Dengan berbagai langkah konkret tersebut diharapkan akan berhasil mengembalikan kesuburan tanah seperti sedia kala.

Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik.

Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain:

  1. Mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat
  2. Menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman,
  3. Kandungan jumlah nutrisi lebih banyak,
  4. Tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan.
  5. Tanaman dapat memaksimalkan pertumbuhan
  6. Memberikan hasil panen yang maksimal dengan kuantitas yang besar.

Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik diantaranya:

Harga relatif mahal

Mudah larut dan mudah hilang. Daya larut pupuk anorganik cukup tinggi. Hal ini meneybabkan mudahnya diserap oleh tanaman namun juga dapat dengan mudah tercuci atau hilang oleh hujan maupun pengairan.

Menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Secara umum, pupuk anorganik dapat menurunkan pH tanah sehingga memberikan reaksi tanah yang bersifat asam.

Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Peranannya yaitu merangsang pertumbuhan tanaman dan pembentukan hijau daun untuk proses fotosintesis. Nitrogen yang diproses secara buatan dalam pupuk anorganik lebih dikenal dengan pupuk urea. Fosfor juga merupakan hara makro, perannya merangsang pertumbuhan akar khususnya pada tanman muda. Penambahan fosfor pada tanaman dapat mempercepat pembuangan dan pemaksaan buah. Kalium atau KCl dapat digunakan untuk meningkatkan pembentukan hijau daun pada tanaman. Selain itu membantu pembentukan protein dan karbohidrat pada tumbuhan. Kalium dikenal sebagai sumber kekuatan bagi tanaman dala menghadapi kekeringan dan penyakit.

Penggunaan pupuk anorganik yang tak terkendali dan dilakukan secara terus menerus dengan jangka waktu lama menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas

kesuburan fisik dan kimia tanah atau dapat disebut tanah tidak sehat lagi. Menurut Lingga dan Marsono (2001) tanah yang selalu diberikan tambahan pupuk anorganik tanpa diimbangi dengan pupuk organic akan menyebabkan tanah mudah mengeras, pH tanah yang tidak stabil, kesulitan menyimpan air dan akan menyebabkan kesuburan tanah itu sendiri menurun.Keadaan ini semakin diperparah oleh kegiatan pertanian secara terus menerus, sedang pengembalian ke tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian sehingga produktivitas lahan semakin menurun. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur hara makro dan hara mikro. Kandungan hara dalam pupuk anorganik terdiri atas unsur hara makro utama yaitu nitrogen, fosfor, kalium; hara makro sekunder yaitu: sulfur, calsium, magnesium; dan hara mikro yaitu tembaga, seng, mangan, molibden, boron, dan kobalt.

Pada umumnya tanaman tidak dapat menyerap 100% pupuk anorganik. Jadi akan ada residua tau sisa-sisa pupuk kimia yang tertinggal dalam tanah, jika terkena air maka akan mengikat tanah seperti lem atau semen. Setelah kering, tanah akan lengket dan erat satu sama lain serta keras. Selain itu tanah juga menjadi masam. Kondisi ini membuat organisme – organisme pembentuk unsur hara (organisme penyubur tanah) menjadi mati atau berkurang populasinya. Beberapa hewan seperti cacing yang biasnya menggemburkan tanah tidak mampu hidup di tanah tersebut dan kehilangan unsur alamiahnya. Bila ini terjadi maka tanah tidak dapt menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan pada akhirnya menjadi sangat tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk anorganik atau pupuk kimia. Tanah yang ruak akan membuat petani menjadi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Seiring dengna meningktanya biaya akibat meningkatnya kebutuhna pupuk akan menyebabkan penghasilan petani semakin menurun.

Pengembalian bahan organik ke dalam tanah merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Bahan organic merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralin ke pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang uang justru dalam penggunaannya kan menyebakan tanah menjadi subur. Apabila tidak terdapat pasokan bahan organic ke dalam tanah akan terjadi masalah pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organic yang masih terdapat dalam tanah sehingga mengakibatkan total C tanah semakin berkurang. hanya terjadi dari mineralisasi bahan

Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba tanah: faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroorganisme yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah (Purwaningsih 2004).

Penelitian modern pupuk berfokus pada pengurangan dampak lingkungan berbahaya dan menemukan sumber yang lebih murah sebagai bahan baku baru bagi pupuk. Telah diketahui bahwa beberapa limbah mengandung banyak nutrisi yang baik diperlukan untuk pupuk. Tetapi, limbah tersebut juga mengandung zat tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti timah, kadmium, dan merkuri dalam konsentrasi yang dapat membahayakan kelangsungan tanaman dan manusia.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Pengunaan pupuk kimia yang berlebihan (melebihi dosis dan terus menerus) akan berdampak buruk bagi kesuburan tanah karena pengaruh negatif molekul kimiawi yang merusak regenerasi humus. Ciri fisik tanah yang sudah tercemar oleh penggunaan pupuk kimia secara berlebihan adalah tanah yang meerkat satu sama lain dan keras. Salah satu cara penanggulanganya ialah beralih ke pupuk organic seperti pupuk kompos dan pupuk kandang.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2019. Pupuk Anorganik, Kandungan, Ciri, Manfaat dan Cara Menggunkan. https://dosenpertanian.com/pupuk-anorganik/

Anonymous. 2018. Mengembalikan Kesuburan Tanah dengan Bahan Organik https://sinarpidie.co/news/mengembalikan-kesuburan-tanah-dengan-bahan-organik/index.html

Rahma, Charisma. 2015. Masih Mau Pakai Pupuk Kimia? Yuk Intip Bahayanya. https://www.kompasiana.com/charismarahma/54f84872a33311d55e8b4963/masih-mau-pakai-pupuk-kimia-yuk-intip-bahayanya

Romli, Musta’in. 2012. Dampak Negatif Pupuk Kimia Terhadap Kesuburan Tanah. Politeknik Negeri Lampung. Lampung

Post a Comment for "MAKALAH DAMPAK PEMAKAIAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KESUBURAN TANAH"