Dakwah Islam Pada Periode Madinah
Dakwah Islam Pada Periode Madinah
Madinah ketika itu menjadi tempat perlindungan yang aman bagi kebenaran (Islam) dan pembawanya. Karenanya, kaum muslimin mulai berhijrah ke sana. Namun, kaum Quraisy tetap bertekad menghalangi mereka berhijrah. Sehingga beberapa orang hendak berhijrah menjumpai berbagai macam penganiayaan dan siksaan.
Ketika itu kaum muslimin berhijrah secara bersembunyi-sumbunyi karena takut kepada kaum Quraisy. Berbeda dengan hijrahnya Umar bin Khattab, yang menandakan keberanian dan tantangan. Karena ketika itu ia menyandang pedangnya dan membawa panahnya tatkala keluar menuju Ka’bah dan berthawaf disana. Kemudian, ia tampil di hadapan kaum musyrikin dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa yang isterinya ingin menjadi janda dan anaknya menjadi yatim, hendaklah ia menemuiku, karena aku akan berhijrah”. Kemudian, ia pergi dan tidak seorangpun yang berani merintanginya.
Berbeda dengan Abu Bakar as-Shiddiq, ia meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut berhijrah, namun beliau menjawab: “Jangan tergesa-gesa! Mudah-mudahan Allah memberimu teman (untuk berhijrah)”.
Keadaan ini terus berlanjut sampai sebagian besar kaum muslimin telah berhijrah. Kaum Quraisy semakin menggila tatkala mengetahui hal itu, dan mereka khawatir akan ketinggian Muhammad dan dan dakwahnya. Lalu mereka memusyawarahkan hal ini dan mereka bersepakat untuk membunuh Rasulullah.
Abu Jahal berkata: “Menurut pendapatku, kita beri sebilah pedang kepada pemuda yang kuat dari masing-masing kabilah kita, lalu mereka mengepung Muhammad dan memukulnya secara serentak, sehingga darahnya terpisah-pisah pada beberapa kabilah dan Bani Hasyim tidak kuasa untuk memusuhi semua orang”. Namun Allah memberitahu Nabi Muhammad akan adanya komplotan tersebut. Lalu, beliau bersama Abu Bakar bersepakat untuk melakukan hijrah.
Pada malam harinya, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib agar tidur di tempat beliau, sehingga orang-orang mengira bahwa beliau masih ada di rumah. Beliau juga memberitahu Ali bahwa ia tidak ada mendapat paksaan (dari mereka).
Para komplotan ini pun tiba dan langsung mengepung rumah Rasulullah. Mereka melihat Ali berada di tempat tidur dan menganggap ia adalah Rasulullah, lalu mereka menunggunya keluar untuk selanjutnya menghabisi dan membunuhnya. Rasulullah keluar ketika mereka mengepung rumah, lalu menaburkan debu ke kepala mereka dan Allah mengalihkan penglihatan mereka. Sehingga, mereka tidak merasakan beliau keluar. Rasulullah menuju ke rumah Abu Bakar kemudian keduanya berjalan kurang lebih lima mil dan bersembunyi di gua Tsur.
Para pemuda Quraisy tetap menunggu hingga subuh. Ketika memasuki subuh, Ali bangkit dari tempat tidur Rasulullah dan langsung jatuh ke tangan mereka, lalu mereka bertanya tentang Rasulullah, namun Ali tidak memberitahu apapun kepada mereka. Mereka memukulnya dan melumurinya dengan lumpur, namun tetap tidak ada gunanya. Kemudian kaum Quraisy mengirim pencarian di segala penjuru, dan akan memberikan seratus ekor unta bagi siapa saja yang mendapatkan Muhammad hidup atau mati.
Dalam pencarian itu mereka sampai ke goa Tsur, sampai-sampai jika seorang dari mereka melihat ke arah kedua telapak kakinya, niscaya ia akan melihat Nabi dan Abu Bakar. Di saat Abu Bakar sangat mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah, beliau bersabda kepadanya: “Hai Abu Bakar, bagaimana menurutmu tentang dua orang sedangkan Allah yang ketiganya. Jangan kamu khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita”. Namun anehnya mereka tidak melihat Nabi dan Abu Bakar. Keduanya tetap berada di goa selama tiga hari dan kemudian berangkat ke Madinah. Ketika itu, perjalanan sangat panjang dan terik matahari sangat menyengat.
Pada waktu sore di hari kedua, keduanya melintasi sebuah kemah yang di dalamnya ada seorang wanita bernama Ummu Ma’bad. Keduanya meminta makanan dan minuman darinya, namun keduanya hanya mendapat seekor kambing yang sangat kurus, yang karena lemahnya, tidak bisa pergi ke tempat pengembalaannya dan tidak memiliki air susu setetespun. Lalu Rasulullah bergegas menghampirinya dan mengusap susunya, lalu memerahnya hingga memenuhi satu wadah besar. Ummu Ma’bad terdiam heran atas apa yang dilihat, dan mereka semua meminumnya hingga mereka merasa kenyang. Lalu Rasulullah memerahnya kembali hingga memenuhi wadah tersebut dan meninggalkan untuk Ummu Ma’bad. Setelah itu melanjutkan perjalanannya.
Penduduk Madinah telah mengawasi kedatangan beliau dan menunggu beliau setiap hari di luar Madinah. Pada hari kedatangan beliau, mereka menyambut dengan gembira. Beliau singgah di Quba, yaitu masjid yang pertama kali dibangun dalam Islam.
Pada hari kelima, beliau berjalan ke Madinah dan kebanyakan kaum Anshar berusaha meraih Rasulullah dan memperoleh kemuliaan dengan menjamu beliau di sisi mereka. Maka mereka memegang tali kendali unta beliau dan beliaupun berterimakasih kepada mereka dan bersabda: “Biarkanlah, karena ia diperintah”. Tatkala unta tersebut sampai ke tempat yang Allah perintahkan, maka ia akan duduk. Beliau tidak turun darinya sebelum unta tersebut bangkit dan berjalan sedikit, lalu menoleh dan kembali lagi. Akhirnya, unta tersebut duduk di tempat semula, dan beliau turun darinya. Tempat itulah yang kemudian menjadi masjid Nabawi.
Rasulullah singgah di rumah Abu Ayub al-Anshari. Sedangkan Ali bin Abi Thalib, ia tetap berada di Mekkah selama tiga hari sepeninggal nabi, kemudian keluar menuju Madinah dan berjumpa Nabi di Quba.
Rasulullah di Madinah
Setelah hijrah ke Madinah, perkembangan Islam di kota tersebut mengalami kemajuan. Kesuksesan Nabi dalam mengembangkan Islam di Madinah, meliputi:
Diperdamaikannya antara suku Khazraj dan suku Aus
Sebelum Islam datang, suku Aus dan Khazraj selalu terjadi perselisihan dan bersitegang bahkan tidak jarang terjadi pertumpahan darah hal ini dipicu oleh adanya pihak ketiga, yakni Yahudi.
Kedatangan Rasulullah memberikan dampak yang sangat positif pada kedua suku tersebut. Kedua suku tersebut banyak yang memeluk agama Islam, sehingga semuanya telah terikat dalam hati mereka tali keimanan.
Walaupun tidak bisa menghilangkan sama sekali sisi fanatisme kesukuan namun telah tertanam dalam jiwa mereka bahwa semua manusia dalam pandangan Islam adalah sama. Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah hanyalah ketakwaannya.
Dengan memeluk Islam ini Nabi telah memberikan penerangan kepada masyarakat Madinah bahwa Islam adalah agama yang menentang diskriminasi dan cinta perdamaian.
Mempersatukan sahabat Muhajirin dengan Anshor
Nabi Muhammad senantiasa menganjurkan persaudaraan antara kedua sahabat, dan melarang semangat kesukuan, sehingga bersatu menjadi kokoh dan kuat. Dengan mempersatukan kedua sahabat atas dasar suatu agama, berarti merupakan satu kekuatan yang kokoh.
Membentuk kekuatan dan politik Islam
Nabi juga mempersatukan antara golongan Yahudi dan Bani Qoinuqo, Bani Nadhir, dan Bani Quraidlah. Terhadap golongan Yahudi, Nabi membentuk suatu perjanjian yang melindungi hak asasi manusia, yang dikenal dengan piagam Madinah. Adapun di antara inti isi perjanjian Madinah adalah sebagai berikut:
- Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam perperangan
- Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama Kaum Muslimin
- Kaum Yahudi tetap dengan agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin
- Semua Kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah di berlakukan sama dengan Kaum Yahudi Bani Auf
- Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi atau menghadapi musuh
- Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedhaliman
- Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar
- Semua penduduk Madinah dijamin kesalamatannya kecuali bagi yang berbuat jahat.
Membangun masjid
Setelah berada di Madinah, nabi Muhammad membangun masjid yang sekarang terkenal dengan nama masjid Nabawi. Masjid ini dibangun atas tanah milik dua anak yatim yang sudah dibeli. Nabi ikut mengangkut batu bangunan sendiri.
Dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih 23 tahun seluruh jazirah Arab telah dikuasainya, hal ini menunjukkan kesuksesan nabi dalam dakwahnya. Adapun rahasia kesuksesan nabi dalam dakwahnya itu dapat dilihat dari sisi internal dan eksternal sebagai berikut:
Faktor Internal
- Kecerdasan Nabi Muhammad saw
- Kepemimpinan Nabi Muhammad saw
- Ketinggian akhlak Nabi Muhammad saw
- Ketinggian pribadi Nabi Muhammad saw
Faktor Eksternal
- Karena adanya wahyu Allah
- Kesungguhan para sahabat dalam memperjuankan wahyu tersebut, dan mereka membela mati-matian bila menghadapi bahaya.
Perang Badar Kubra
Rasulullah pernah sekali membulatkan tekad menghadang salah satu kafilah dagang Quraisy. Beliau keluar diiringi 313 orang yang hanya dibekali 2 ekor kuda dan dan 70 ekor unta. Sementara kafilah Quraisy terdiri dari 1000 ekor unta dipimpin oleh abu Sufyan peserta 40 orang bersamanya. Hanya saja abu Sufyan telah mau mengetahui keluarnya kaum muslimin. Lalu ia mengirim utusan ke Mekah untuk memberitahukan hal ini, sekaligus meminta bantuan mereka. Abu Sufyan mengalihkan jalannya dan pergi dari jalan lain, sehingga mereka tidak berjumpa dengan kaum muslimin. Sedangkan kaum Quraisy telah keluar dengan pasukan yang berjumlah 1000 tentara 1000 tentara, namun utusan abu Sufyan telah sampai kepada mereka dengan mengabarkan keselamatan kafilah dan meminta mereka kembali ke Mekkah. Akan tetapi abu Jahal menolak untuk kembali, ia memerintahkan pasukan untuk melanjutkan perjalanan ke badar.
setelah mengetahui kaum Quraisy keluar, Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabatnya dan dan semua sepakat untuk menemui dan memerangi orang-orang kafir. Di pagi hari Jumat, tanggal 11 romadhon tahun kedua Hijriyah, kedua kelompok saling berhadapan dan terjadilah perang yang dahsyat. Peperangan ini diakhiri dengan kemenangan kaum muslimin dengan 14 gugur sebagai syahid. Sedangkan dari kaum musyrik telah tewas 70 orang dan 70 orang lainnya ditawan.
Di tengah berkecamuknya perang ini, rukoyah, putri Rasulullah yang juga istri Utsman bin Affan meninggal dunia. Ketika itu itu ia ditemani suaminya Utsman di Madinah. Usman tidak keluar ke medan pertempuran atas permintaan Rasulullah untuk tetap mendampingi istrinya yang sedang sakit. Setelah perang Badar Rasulullah menikahkan Usman dengan putrinya yang kedua, Ummu kultsum. Atas dasar ini Usman mendapat gelar dzun nurain atau yang memiliki dua cahaya karena ia telah menikahi dua orang putri Rasulullah.
Setelah perang Badar, kaum muslimin kembali ke Madinah dengan gembira atas kewenangan dari Allah dengan membawa para tawanan dan ghanimah (harta rampasan perang). di antara para tawanan ada yang telah menebus dirinya, ada yang dilepaskan tanpa tebusan, dan ada juga yang menulis dengan mengajar 10 orang anak muslim untuk membaca dan menulis.
Perang Uhud dan Khandak (Ahzab)
Setelah perang badar, terjadi beberapa peperangan lain antara kaum muslimin dan kaum kafir Mekah. Peperangan kedua yang terjadi setelah perang badar, adalah perang Uhud. Pada peperangan ini, kaum muslimin mengalami kekalahan. Karena mereka telah menyalahi perintah Rasulullah dan tidak mematuhi strategi yang telah beliau buat. Jumlah pasukan kaum kafir sebanyak 3 ribu pasukan sedangkan kaum muslimin berjumlah sekitar 700 pasukan.
Setelah perang Uhud, orang-orang Yahudi keluar menuju Mekah menyerukan kepada kaum kafir untuk memerangi kaum muslimin di Madinah, dan berjanji akan memberikan dukungan. Kaum kafir pun memenuhinya. Kaum Yahudi tidak saja menyerukan kepada kaum kafir Mekah, tetapi juga kepada kabilah-kabilah lain, dan dan semuanya menyetujui ajakan tersebut. Maka, berangkatlah sekitar 10 ribu pasukan kaum musyrikin menuju Madinah dari berbagai penjuru dan mengepungnya.
Rasulullah mendengar rencana musuh, lalu beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya. Salman Alfarisi menyarankan untuk menggali parit di sekitar Madinah, yaitu di tempat yang tidak bergunung. Kaum muslimin segera menggali parit dan dalam waktu singkat dapat menyelesaikannya. Selama hampir satu bulan, kaum kafir tidak mampu menyeberangi parit, lalu Allah mengirim angin yang sangat dahsyat kepada orang-orang kafir sehingga memporak-porandakan perkemahan mereka, dan rasa takut benar-benar menyelimuti mereka. Akhirnya, mereka pun kembali ke Mekah. Dan peristiwa ini dalam sejarah disebut perang khandak atau perang ahzab.
Penaklukan Kota Mekkah
Pada tahun 8 Hijriyah, Rasulullah memutuskan untuk menaklukkan kota Mekkah. Maka, pada tanggal 10 romadhon beliau berangkat bersama puluhan ribu pasukan menuju Mekkah titik kaum muslimin memasuki Mekah tanpa terjadi peperangan, dimana kaum Quraisy menyerah dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin titik lalu Rasulullah menuju Ka'bah untuk melakukan tawaf dan salat 2 rokaat di dalamnya. Setelah itu, beliau menghancurkan berhala berhala yang ada ada di dalam Ka'bah dan sekitarnya.
Rasulullah berdiri di pintu Ka'bah sedangkan kaum Quraisy berbaris di masjid haram menantikan apa yang akan dilakukan Rasulullah. Rasulullah berkata pada kaum Quraisy: "wahai kaum Quraisy, apakah yang akan aku lakukan terhadap kalian? Mereka menjawab: "kebaikan (engkau) saudara yang baik dan anak dari saudara yang baik pula" Rasulullah berkata: "pergilah!, Kalian telah bebas". Rasulullah telah memberikan teladan yang agung dalam memaafkan musuh-musuhnya yang telah menyiksa, menyakiti, membunuh para sahabatnya, dan mengusir dari kampung halamannya.
Setelah penaklukan kota Mekah, manusia berbondong-bondong memeluk Islam. Pada tahun ke 10 hijriah, rasulullah melaksanakan haji dan itu lah satu-satunya haji yang dilakukan beliau bersama 100 orang, dan setelah itu beliau kembali ke Madinah.
Wafatnya Rasulullah
Setelah 2 bulan setengah, setelah kembalinya Rasulullah dari menunaikan ibadah haji, Rasulullah menderita sakit. Dan hari demi hari, sakitnya semakin bertambah parah. Setelah merasa tidak mampu menjadi imam salat, beliau meminta abu bakar untuk menggantikannya. Tepat tanggal 12 robiul awal, hari Senin, akhir beliau menghadap Allah dalam usia 63 tahun.
Berita kematian beliau sampai kepada para sahabat, hampir saja mereka tak sadar dan tidak mempercayai berita tersebut, hingga akhirnya abu bakar as Siddiq bangkit untuk menenangkan mereka dan menjelaskan bahwa Rasulullah hanya manusia biasa yang juga mati seperti manusia lain. Mereka pun akhirnya sadar. Acara memandikan, mengkafani, dan memakamkan Rasulullah telah dilaksanakan. Dan setelah kematian Rasulullah, kaum muslimin mengangkat abu bakar sebagai khalifah atau pemimpin mereka yang pertama.
Masa kehidupan Rasulullah di Mekah sebelum diangkat menjadi rasul selama 40 tahun dan setelah menjadi Rasul selama 13 tahun. Sedangkan di Madinah beliau hidup selama 10 tahun.
Faktor Pertumbuhan Peradaban Islam
ebelum agama Islam datang bangsa Arab pada umumnya berbudi pekerti yang tidak baik, suka berjudi berperang antar suku dan sebagainya. Akan tetapi setelah agama Islam datang mereka dibimbing untuk memperbaiki budi pekerti nya. Islam adalah agama yang mencakup segala segi kehidupan manusia, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Agama Islam sangat menghargai amal saleh manusia dan mendorong manusia untuk berpikir kreatif. Sebab hanya dengan beramal sholeh dan berpikir kreatif, setiap umat Islam akan mendapat pahala yang baik di sisi Allah. Adapun ajaran Islam yang memotivasi setiap orang ataupun masyarakat agar memiliki peradaban tinggi adalah :
- Islam sangat menghargai akal, meletakkan akal pada tempat terhormat, memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya untuk menganalisis keadaan alam (Q.S. Ali Imron ayat 189 sampai 190)
- Islam mewajibkan setiap laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat (QS. Al Mujadalah ayat 11)
- Islam melarang orang bertaqlid buta, dengan menerima sesuatu tanpa menggunakan akal pikiran untuk menganalisis ataupun membuktikan kebenaran yang diterima (QS. Al Isyra ayat 36)
- Islam mengarahkan pemeluknya supaya senantiasa menggali segala sesuatu yang belum diungkapkan, melakukan inisiatif dan memberi manfaat bagi kemanusiaan.
- Islam memerintahkan setiap pemeluknya untuk mencari keridhaan Allah, dengan semua nikmat yang telah diterima dan menyuruh menggunakan hak-hak atas keduniaan untuk menegakkan ajaran (QS. Al Qoshosh ayat 77)
- Islam mengajarkan pemeluknya supaya melakukan pengembaraan untuk menjalin silaturahmi dan kerjasama dengan bangsa lain, untuk membangun peradaban yang tinggi yang menjamin kemaslahatan umat (QS. Al Hajj ayat 46).
Post a Comment for "Dakwah Islam Pada Periode Madinah"