Kerajaan Islam Di Luar Wilayah Dinasti Abbasiyah [Arab, Turki, Maroko, Persia, Bani Ahmar]
Pada masa Bani Abbasiyah banyak berdiri kerajaan Islam baik yang berada di Maghribil Aqsha, di India maupun di Turki yang lepas dari kekuasaan dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Ada 3 faktor yang menyebabkan berdirinya kerajaan Islam di luar wilayah dinasti Abbasiyah, antara lain:
- Luasnya wilayah kekuasaan bani Abbasiyah
- Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi
- Keadaan ekonomi negara sangat sulit, karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaranya sangat besar.
Baca Juga : Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Adapun daulah-daulah independent yang berdiri di luar wilayah dinasti Abbasiyah adalah :
A. Daulah yang Berbangsa Arab
Pendirinya adalah Idris ibnu Abdullah, dia adalah keturunan Ali bin Abu Thalib dan berpaham Syiah.
Usaha-usahanya antara lain :
- Mendirikan kota Fez sebagai ibu kota
- Mendirikan masjid dan perpustakaan
2. Daulah Bani Aghlab, di Tunisia (184-287 H/800-900 M)
Didirikan oleh khalifah Harun Ar Rasyid, dengan tujuan untuk mengamankan daerah Qairawan dan untuk membendung perkembangan kekuasaan Bani Idris di Maroko. Adapun yang diserahi memimpin ialah Ibrahim bin Aghlib.
3. Daulah Bani Fatimiyah (288 H / 901 M) di Tunisia setelah mengalahkan Bani Aghlab.
Didirikan oleh Ubaidillah Al Mahdi pada tahun 368 H. Khalifah Muiz Lidinillah dapat mengalahkan Mesir di bawah pimpinan Jauhar as Siqil.
B. Daulah yang Berbangsa Turki
1. Daulah Bani Toulon, di Mesir (254-292 H/868-905 M)
Pendiri daulah Bani Toulon adalah Ahmad bin Toulon.
Usaha-usahanya meliputi:
- Mendirikan benteng yang kokoh dan membentuk armada yang kuat
- Mendirikan masjid Jami’ Ibnu Toulon, dan dilengkapi dengan rumah sakit
- Membuat bendungan besar untuk mengairi tanah-tanah gurun di luar kota
- Mendirikan rumah sakit umum yang tidak dipungut biaya dari pasien yang berobat di sana.
2. Daulah Bani Ikhsyid (323-358 H/935-969 M) yang didirikan oleh Muhammad bin Tuhj Al Ikhsyid
3. Daulah Bani Saljuk dan cabang-cabangnya, antara lain:
- Saljuk Besar atau Saljuk Agung (429-522 H/1037-1127 M), didirikan oleh Rukn Al Din Abu Tholib Tugrul Beck. Saljuk ini pernah menguasai Baghdad dan memerintah selama 93 tahun.
- Saljuk Kirman di Kirman (433-511 H/1040-1187 M)
- Saljuk Syiria di Syiria (487-511 H/1094-1117 M)
- Saljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
- Saljuk Rum di Asia Kecil (470-700 H/1077-1299 M)
C. Daulah yang Berbangsa Persia
1. Daulah Thahiriah di Khurasan
Daulah Thahiriah didirikan oleh panglima yang bernama Thahir bin Husein (205-259 H/820-872 M) pada zaman khalifah Al Ma’mun
2. Daulah Zaidiyah di Tabristan
Penguasa yang terkenal yaitu Hasan bin Zaid yang berpaham Syi’ah
3. Daulah Ash Shafariyah di Sajastan
Pendiri Daulah Ash Shafariyah adalah Yakub ibn Al Laits Ash Shafar
4. Daulah Samamiyah di Transokaia
Daulah Samamiyah didirikan oleh keturunan dari Baharen Jur, seorang bangsawan dan sahabat karib dari Kaisra Hurmuz. Pada masa ini hidup seorang filosof Islam yang terkenal yaitu Ibnu Sina. Ia sempat memegang pemerintahan sebagai wazir dari kerajaan Bani Saman.
5. Daulah Buwaihiyah
Daulah Buwaihiyah didirikan oleh Ali Bin Buwaihi yang berpaham Syi’ah
6. Daulah Sabaktakin
Daulah Sabaktakin didirikan oleh Alp Takin seorang kepala perang berkebangsaan Turki, di masa itu hidup seorang filosof Islam Abu Nashr Al Farabi.
D. Daulah Islamiyah yang berada di Maroko
1. Daulah Murabithin (1086-1145 M) Kemudian pindah ke Spanyol
Daulah Murabithin didirikan oleh Yusuf Ibnu Tasyfin dengan ibu kota Marakesy. Dinasti ini lahir di Afrika Utara lalu menyerbu Andalusia dan berhasil menguasai Granada, Sevilla, Cordoba, dan kota-kota lainnya.
Dengan dikuasainya hampir seluruh Andalusia ini sekaligus mengakhiri masa muluk at-Tawaif (yang dimaksud dengan masa Muluk at-Tawaif yaitu pada saat pemerintahan Bani Umayyah runtuh, para gubernur di daerah masing-masing telah memisahkan diri dari pemerintahan pusat di Cordoba).
Tokoh utama dinasti Murabithin yang membuka jalan dan berhasil menguasai Andalusia adalah Tasfin. Dinasti ini dinamai murabithin karena mereka mempunyai persatuan yang kokoh dan disiplin.
2. Daulah Muwahhidin (1146-1269 M)
Daulah Muwahhidin didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart dengan mengalahkan Daulah Murabithin. Di bawah pimpinan Abdul Mu’min mereka dapat menaklukkan Cordova Almeria dan Granada.
Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih dari satu abad, yaitu tahun 1145-1269 M, yang didirikan oleh Muhammad bin Tumart, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Tumart. Penamaan dinasti dengan al Muwahhidin, yang berarti golongan berpaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi paham at-tajsim yang menganggap Tuhan mempunyai bentuk (Antropomorfisme).
Ia berkembang di Afrika Utara pada masa itu di bawah kekuasaan Dinasti Al Murabitun atas dasar bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan yang tersebut dalam Al Quran, seperti “tangan Tuhan” tidak dapat dita’wilkan (dijelaskan) dan harus dipahami seperti apa adanya.
Menurut Ibnu Tumart, paham at-tajsim identik dengan syirik (menyekutukan Allah) dan orang-orang yang berpaham at-tajsim adalah musyrik.
Ibnu Tumart menganggap bahwa untuk menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwakan prinsipnya Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan.
Sikap keras Ibnu Tumart ini tentu saja tidak disenangi oleh sebagian besar masyarakat, terutama kalangan ulama dan penguasa. Oleh sebab itu, tidak heran bila Ibnu Tumart mendapatkan tantangan di mana-mana.
Ia dilindungi oleh Sultan Ali bin Yusuf bin Tasyfin (1113-1142) yang hanya mengusirnya dari Marrakech (ibu kota kerajaan al-Murabitun).
Namun dakwah Ibnu Tumart ini mendapat dukungan dari berbagai suku Barbar, seperti suku Haragah, Hantanah, Jadmiwah, dan Janfisah.
Pada mulanya dakwah Ibnu Tumart bersifat murni, artinya tidak didasari kepentingan politik tertentu, semata-mata hanya ingin menegakkan tauhid yang murni. Akan tetapi, setelah merasa bahwa dakwahnya mendapatkan sambutan yang cukup berarti dan pengikutnya sudah mulai banyak, sementara itu Dinasti al-Murabitun mulai melemah, Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan kekuasaan kaum Murabitun.
Lalu ia dinobatkan sebagai al-Mahdi dan dibaiat pengikutnya sebagai al-Muwahhidun dan wilayah kekuasaannya, yaitu Tinmallal dan sekitarnya, sebagai ad-Daulah al-muawahhidiyyah.
Langkah pertama yang diambil Ibnu Tumart dalam meraih ambisinya adalah mengajak kabilah kabilah Barbar ikut bergabung bersamanya.
Kabilah-kabilah yang menolak bergabung diperanginya sehingga dalam waktu yang relative singkat banyak kabilah Barbar yang tunduk di bawah perintahnya.
Pada tahun 1129 M dengan jumlah pasukan sebanyak 40.000 orang, di bawah komando abu Muhammad al-Basyir al-Wansyarisi, kaum al-Muwahhidun menyerang ibu kota dinasti Al-Murabitun, Marrakech. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah.
Dalam perang itu, kaum al-Muwahhidun menderita kekalahan besar. Banyak prajurit mereka terbunuh, termasuk komandan perang al-Wasyarisi dan beberapa anggota al-‘Asyrah. Kekalahan ini mengakibatkan meninggalnya Ibnu Tumart pada tahun itu juga.
Setelah Ibnu Tumart wafat, Abdul Mu’min bin Ali (1163) dibaiat sebagai pemimpin al-Muwahhidun menggantikan Ibnu Tumart. Ia dipilih padahal tidak ada hubungan kekerabatan antara dia dan Ibnu Tumart, karena ia dianggap sebagai orang paling dekat dengan Ibnu Tumart.
Selain itu, ia dikenal sebagai orang yang berpengetahuan luas, pintar dan pemberani. Pilihan itu ternyata tepat. Di bawah kepemimpinannya kaum Al-Muwahhidun meraih kemenangan demi kemenangan.
Di antara penguasa-penguasa al-Muwahhidun, Abu Ya’kub Yusuf adalah yang paling dekat dengan kaum ulama dan cendikiawan. Pada masanya hidup orang-orang besar seperti Ibnu Rusyd (filsuf besar Islam yang mengilhami kebangkitan keintelektualita di Barat), Ibnu Tufail (filsuf terkenal Islam yang mengarang buku hay Ibn Yaqyan), Ibnu Mulkan Abu Ishaq Ibrahim bin Abdul Malik (ahli bahasa yang terkenal), Abu Bakar bin Zuhr (ahli kesehatan yang merangkap menteri), dan sebagainya, sehingga Marakech merupakan pusat peradaban Islam terbesar kala itu.
Urutan penguasa al-Muwahhidun adalah sebagai berikut
- Muhammad bin Tumart al-Mahdi (515-524 H/1121-1130)
- Abdul Mu’min bin Ali (524-558 H/1130-1163 M)
- Abu Ya’kub Yusuf (558-580 H/1163-1184 M)
- Abu Yusuf Ya’kub Al Mansur (580-595 H/1184-1198 M)
- Muhammad an-Nasir (596-610 H/1196-1214 M)
- Abu Ya’kub Yusuf al-Mustansir (610-621 H/1214-1224 M)
- Abu Muhammad Wahid al-Makhlu (621 H/1224 M)
- Abu Abdulllah Muhammad al-Adil (621-624 H/1224-1227 M)
- Abu Ula Idris al Ma’mun (624-629 H/1227-1232 M)
- Abu Muhammad Abdul Wahid ar-Rasyid (629-639 H/1232-1243 M)
- Abu Hasan Ali As-Sa’id (639-645 H/1242-1248 M)
- Abu Hafs Umar al-Murtada (642-664 H/1248-1266 M)
- Abu Ula Idris Al Wasiq (664-667 H/1266-1269 M)
E. Dinasti Bani Ahmar (1269-1492)
Daulah Bani Ahmar didirikan oleh Muhammad bin Ahmar dan berpusat di Granada. Seringnya terjadi kekacauan di kalangan istana menyebabkan daulah ini menjadi lemah. Pada masa pemerintahan Bani Ahmar berkuasa (1232 – 1492 M), terutama pada masa pemerintahan Abdurrahman an-Nashir, sebenarnya ia mulai berhasil menyatukan umat Islam kembali.
Namun usaha ini setelah ia turun, justru dihancurkan anaknya sendiri yang bernama Abu Abdullah Muhammad, karena merasa tidak menyukai kepada ayahnya dengan menunjuk anaknya yang lain menjadi raja. Kemudian dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan dari tangan saudaranya.
Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella untuk memerangi saudaranya. Permintaan itu dikabulkan dan dapat mengalahkan Muhammad ibn Sa’ad, lalu Abdullah naik tahta.
Namun luka lama muncul di hati Ferdinand dan Isabella akan kesadaran eropa adalah untuk eropa sehingga ia tidak merasa puas kalau hanya dengan pemberian hadiah, menurut mereka berdua inilah saatnya yang tepat untuk merebut kekuasaan dari Abu Abdullah.
Disusunlah kekuatan yang besar untuk mengadakan serangan kepada penguasa itu. Karena gencarnya serangan yang dilakukan kedua penguasa Kristen itu, akhirnya Abu Abdullah terpaksa mengalami kekalahan dan bersedia keluar dari Andalusia, dan kembali ke Afrika Utara.
Setelah penyerahan kekuasaan Ferdinand dan Isabella tahun 1492 M, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol yang telah berkuasa tujuh setengah abad (758 -1492 M).
Kemajuan Peradaban Islam Di Luar Wilayah Kekuasaan Bani Abbasiyah
Adapun kemajuan peradaban Islam di luar wilayah Bani Abbasiyah ialah:
1. Peninggalan di Afrika / Mesir
- Kairo, kota ini dibangun oleh Jauhar As Saqali tahun 358 H sebagai ibukota Bani Fatimiyah
- Masjid Amr bin Ash, dibangun pada tahun 642 M oleh Amr bin Ash
- Universitas Al Azhar, pada mulanya adalah masjid yang dibangun oleh khalifah Muiz di bawah pengawasan Juahar as Saqali. Pada tahun 975 – 996 M masjid ini dijadikan sebagai perguruan tinggi Islam.
- Masjid Sultan Qalawan, didirikan oleh Sultan Al Mansh Qalawan tahun 1284 M
2. Peninggalan-peninggalan yang ada di Spanyol
a. Cordova
Didirikan oleh Abdurrahman Addakhil yang berarti masuk (822 – 852 M). Masjid Raya Cordova dirikan oleh Abdurrahman II. Masjid ini berasal dari gereja, menampun 80.000 jamaah. Luasnya 175 x 134 meter, dengan jumlah tiang 1400 buah, tinggi menara 20 m.
Terdapat mushaf Utsmani yang asli dan masih ada tetesan darah ketika Utsman terbunuh sedang membaca Al Quran. Masjid Raya Cordova ini sekarang dijadikan gereja dengan nama Mosquito.
b. Sevilla
Terletak di tepi sungai Guadal Quivir, pernah dijadikan ibu kota kerajaan Muluk al-Thowaif. Ada masjid yang diubah menjadi gereja Santa Maria de La Sade dan Gereja Latour Girald.
c. Toledo
Di kota ini banyak gereja hasil gubahan bangunan peninggalan Islam di antaranya Gereja Santo Cristo de Laluz, Santa Maria, Son Tome, Santa Maria de Torenzito masih seperti aslinya masjid. Istana Zinnun yang diubah menjadi Puri Alcazar. Jembatan Qantara merupakan kehebatan arsitektur muslim.]
d. Granada
Di kota ini terdapat istana Al Hambra yang termasyhur keindahannya dibangun oleh Bani Ahmar. Di dalamnya terdapat Masjid Al Mulk yang indah dan mungil didirikan oleh Sultan Muhammad II. Pada setiap tanggal 2 January akan terdengar bunyi lonceng raksasa seberat 1200 kg yang tergantung di puncak menara yang tingginya 26 m, sebagai peringatan jatuhnya Granada ke tangan orang Kristen pada tahun 898 H / 1492 M. sekarang Masjid Al Mulk itu telah diuabh menjadi Gereja Santa Maria.
3. Peninggalan-peninggalan Islam yang berada di India
- Masjid Quwwatul Islam, masjid pertama yang didirikan orang Islam di India
- Kutub Ninar, bangunan lambang kemenangan Islam di India, didirikan oleh Sultan Delhi II
- Masjid Fathur Sikri, Masjid Delka di Gujarat, Masjid Adina dan Masjid Jami’ Bombay
- Taj Mahal di Agra, bangunan indah ini merupakan salah satu keajaiban dunia didirikan oleh Syah Jehan sebagai persembahan kepada permaisurinya yang meninggal
Keruntuhan Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah yang didirikan oleh Abu Abbas Assaffah dapat bertahan berdiri tegak selama 5 abad (639-1258 M). Hhalifah yang terakhir ialah al-Mu’tashim. Pada waktu dia memerintah keadaan Daulah Abbasiyah sudah tidak kuat lagi dan sudah tidak disegani lagi oleh Negara lain.
Sebab-sebab keruntuhan bani abbasiyah adalah
- Sebab-sebab dari dalam
- Persaingan antar ras, yaitu antara keturunan Persia dan Arab
- Angkara murka terhadap Bani Umayah dan Kaum Alawiyin
- Kelemahan di bidang mekanisme pemerintahan
- Kemerosotan ekonomi
- Khalifah amat terpengaruh oleh bid’ah-bid’ah agama
- Adanya pengangkatan dua orang putra mahkota
- Sebab-sebab dari luar
- Penyerbuan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Holago Khan pada tahun 1258 M
- Tumbuhnya kerajaan-kerajaan kecil yang terpecah-pecah
Post a Comment for "Kerajaan Islam Di Luar Wilayah Dinasti Abbasiyah [Arab, Turki, Maroko, Persia, Bani Ahmar]"