Apa Itu Tobat? Hakikat, Penggolongan, Tata Cara dan Jenisnya
Manusia adalah tempat lupa dan berbuat salah. Demikian ungkapan yang sering terdengar di telinga kita. Bagi seorang muslim apabila melakukan kesalahan atau kemaksiatan, maka dia wajib dengan segera untuk tobat kepada Allah.
Adapun yang dimaksud dengan kesalahan atau kemaksiatan di sini adalah semua perbuatan yang melanggar ketentuan syari'at Islam, baik dalam bentuk meninggalkan kewajiban dan melanggar larangan, baik yang termasuk shaghair (dosa kecil) atau kabair (dosa besar).
Tobat adalah akhlak terpuji yang harus menghiasi setiap pribadi muslim. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, setiap manusia memiliki kesalahan atau pelanggaran, setiap kesalahan dan pelanggaran mendatangkan dosa. Dan setiap dosa harus dihentikan dan dimohonkan ampunan kepada Zat Yang Maha Pengampun.
Hakikat Tobat
Kata Tobat adalah terambil dari bahasa arab تَوبَةُ, kata tersebut berasal dari kata تَابَ – يَتُوبُ - تَوبَةُ yang artinya kembali. Orang yang tobat karena takut azab Allah disebut تَائِبٌ (isim fa'il dari taba).
Orang bertobat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari sifat- sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yung dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan kembali taat setelah melanggar larangan-Nya." Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ ٨
8. Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ....” (Q.S. At Tahrim:8)
Bagaimana seorang yang menunda untuk bertobat ? Sebagain orang ada yang merencanakan untuk bertobat setelah umur agak lanjut, atau setelah merasa puas memperturutkan hawa nafsu di masa mudanya. Minum, judi, main perempuan semua telah dikerjakan dengan niat nanti akan bertobat.
Rencana seperti ini sangat spekulatif karena tidak seorangpun yang dapat menjamin berumur panjang. Kalau seorang berencana untuk bertobat setelah berumur 45 tahun misalnya, bagaimana kalau umur 40 tahun dia meninggal dunia. Bukankah setiap orang pasti akan mati. Dan kematian itu misteri. Tidak seorang pun yang dapat mengetahui kapan datangnya.
Oleh sebab itu begitu seorang mu'min menyadari bahwa apabila telah melakukan kesalahan, khilaf atau kemaksiatan, maka harus segera bertobat kepada Allah swt. tanpa menunda-nundanya. Bahkan seorang mu'min dianjurkan untuk selalu bertobat kepada Allah sekalipun dia tidak mengetahui kesalahannya.
Boleh jadi, tanpa disadari dia telah melakukan kesalahan. Rasulallah saw memerintahkan kepada umatnya untuk segera bertobat, dan Beliau sendiri menyatakan bertobat sampai seratus kali sehari. Dengan Sabdanya yang artinya:
" Hai manusia, bertobat dan minta ampunlah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya saya bertobat seratus kali dalam sehari." (H.R. Muslim, no. 4871)
Rasulullah saw. adalah sebaik-baik manusia yang diciptakan oleh Allah swt. Dan sekaligus sebagai suri tauladan bagi umatnya. Beliau manusia yang ma'shum, tidak pernah meninggalkan perintah Allah dan tidak pula pernah melanggar larangan-Nya.
Sekalipun demikian beliau selalu meminta ampun kepada Allah swt. Dan logikanya kita mestinya lebih banyak lagi minta ampun kepada Allah swt. Sebab kita tidak akan luput dari kesalahan dan dosa tapi sebaik-baik orang yang berbuat salah dan dosa adalah yang bertobat.
Keadaan bertobat dari dosa adalah salah satu keutamaan yang disukai di sisi Allah swt. Secara khusus hendaknya seorang manusia memiliki sikap tunduk, tawadhu' dan kerendahan hati di hadapan Allah.
Seorang mu'min harus mampu mengembalikan nafsunya dari nafsu amarah ke dimensi malakut yaitu kembali dari sisi syaitan ke sisi Tuhan, kembali dari dunia yang fana' ini kepada akhirat yang abadi, dan akhirnya bersikap tunduk, khusyuk dan tawadhu' di hadapan Allah.
Supaya dapat dikatakan tobat maka ucapan "Astaghfirullah Wa Atubu Ilaih" (aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya) harus muncul dari dalam hati dengan niat mohon ampun kepada Allah atas dosa - dosa yang talah terlanjur ia kerjakan dengan disertai penyesalan. Namun jika hanya sekedar gerak lidah saja, maka itu bukan tobat, sebagaimana kata Amirul Mu'minin Ali bin Abi Tholib, melainkan hanya zikir yang mempunyai ganjaran.
Oleh sebab itulah di lebih dari puluhan ayat Al-Qur'an al-Karim menyebutkan bahwa keadaan yang seperti ini adalah sesuatu yang amat disukai oleh Allah swt. Sampai kita membaca di dalam beberapa riwayat, "Sesungguhnya Allah amat senang dengan tobat seorang hamba-Nya, melebihi kesenangan seorang laki-laki yang kehilangan tunggangannya, lalu dia mencarinya di tengah malam yang gelap gulita dan kemudian menemukannya." Firman Allah :
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ ٢٢٢
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (Q.S. Al Baqarah:222)
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertobat, yaitu seorang yang berbuat berdosa kemudian berhenti, setelah itu kembali memperbaiki dirinya dengan melakukan perbuatan yang baik. Firman Allah :
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يَّعْمُرُوْا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۚ وَ فِى النَّارِ هُمْ خٰلِدُوْنَ ١٧ اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ ١٨
17. Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka bersaksi bahwa diri mereka kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amal mereka dan di dalam nerakalah mereka kekal.
18. Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At Taubah:17-18)
Penggolongan Tobat
Secara umum para Ulama' membagi tobat menjadi tiga bagian yaitu: Tobat Awam, Tobat Khawash, Tobat Akhash al-Khawash.
1. Tobat Awam [Tobat Manusia Umum]
Yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa. Dia menyebut-nyebut dosa yang telah dilakukannya di hadapan Allah swt. Hatinya bergetar menyesali yang telah lalu, dan dia tidak melakukannya kembali untuk kedua kalinya, serta dia berusaha memperbaiki dirinya. Tobat yang seperti ini disebut tobat manusia umum.
2. Tobat Khawash [Tobat Orang-orang Khusus]
Tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkatnya makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang makruh. Hatinya tunduk dan khusyuk di hadapan Allah, Tobat semacam ini sebagaimana yang dilakukan Nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah khuldi. Nabi Yunus bertobat dan tunduk kepada Allah Ketika berada di dalam perut ikan paus. Dia melihat dirinya telah berbuat dzalim. Yaitu meninggalkan kaumnya sebelum ada perintah dari Tuhan. Nabi Yunus berkata :
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧
87. (Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis*, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” (Q.S. Al Anbiya:87)
*) Maksudnya adalah kegelapan perut ikan, kegelapan laut yang dalam, dan kegelapan malam hari.
3. Tobat Al-Khash al Khawash
Tingkatan tobat yang paling tinggi ialah Al-Khash al Khawash. Tobat Rasulullah manakala dia berkata, "Sesungguhnya ialah ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari.” Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah, Rasulullah beristighfar kepada Allah. Istighfar yang dilakukan benar-benar keluar dari lubuk hati, bukan hanya ucapan lisan atau hiasan bibir tanpa penghayatan.
Tata cara untuk Ber-Tobat
Kebaikan yang dilakukan setelah bertobat akan menghapus keburukannya pada masa yang lalu. Rasulullah bersabda :
" Dari Abu Dzar, ia berkata Rasulallah bersabda kepadaku : Bertaqwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik." (H.R.at-Tirmidzi).
Untuk melakukan tobat yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan: Menyadari kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampun kepada Allah, berjanji tidak akan mengulanginya, menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh.
1. Menyadari kesalahan
Karena seseorang tidak mungkin bertobat kalua dia tidak menyadari kesalahannya atau tidak merasa bersalah. Di sinilah perlunya seorang muslim mempelajari ajaran Islam, terutama tentang perintah yang wajib diikutinya dan larangan yang wajib ditinggalkannya. Dan di sini pulalah pentingnya saling ingat mengingatkan sesame muslim (wa tawashau bi al haq)
2. Menyesali kesalahan
Sekalipun seorang tahu bahwa dia bersalah tetapi dia tidak menyesal telah melakukannya maka orang tadi belumlah dikatakan bertobat. Apalagi kalua dia bangga dengan kesalahannya itu. Dalam hal ini Rasulullah saw. Bersabda : اَلنَّدَمُ تَوْبَةٌ
"Menyesal itu adalah tobat." (H.R. Abu Daud dan al-Hakim)
3. Memohon ampun kepada Allah (Istighfar)
Dengan keyakinan atau husnudzan bahwa Allah swt. akan mengampuninya. Semakin banyak dan sering seseorang mengucapkan istighfar kepada Allah swt. semakin baik. Di atas sudah di sebutkan hadits yang menyatakan bahwa sekalipun Rasulullah saw. tidak melakukan kesalahan atau kemaksiatan tapi beliau tetap banyak istighfar, bahkan sampai seratus kali sehari. Rasulullah saw. bersabda : "Tidak ada dosa yang besar dengan istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau diulang-ulang". (H.R. at-Thabrani)
4. Berjanji tidak akan mengulanginya
Janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya di mulut, sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk mengerjakan dosa itu sewaktu-waktu. Tobat seperti ini diibaratkan dengan tobat sambal, waktu kepedasan menyatakan "kapok", tapi esoknya dimakan lagi. Betapapun kecilnya dosa itu, tapi kalau dikerjakan berulang-ulang tentu lama-lama akan menjadi gunung dan kualitasnya sama dengan dosa besar.
5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh,
Untuk membuktikan bahwa dia benar-benar telah bertobat. Firman Allah swt. :
وَاِنِّيْ لَغَفَّارٌ لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدٰى ٨٢
82. Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk. (QS. Taha:82)
Jika seseorang hendak bertobat dan ingin do'anya bermanfaat baginya, maka dia harus membersihkan hatinya. Dia harus menciptakan kondisi adanya rasa takut, harap-harap cemas, khudhu' dan tunduk di hadapan Allah. Keadaan yang demikian ini akan muncul jika pengenalan terhadap Allah semakin mendalam. Apabila pengenalan seorang manusia kepada Rabbnya semakin mendalam, maka akan semakin besar pula mendapati keadaan khudhu' dan tunduk di hadapan Allah.
Jenis Dosa dan Cara Tobatnya
Secara umum perbuatan dosa dikelompokan menjadi empat bagian, yaitu: dosa yang berkaitan dengan hak Allah, Dosa yang berkaitan dengan hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada, dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti, Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka. Dengan demikian sudah barang tentu tata cara bertobatnya berbeda-beda.
1. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah
Seperti berkata dusta, meninggalkan shalat lima waktu, berbuat syirik, meminum khamar, berjudi, main perempuan, menyaksikan film-film yang mengundang syahwat. Semua di atas adalah termasuk dosa besar. Dosa-dosa yang seperti ini termasuk dosa yang berkaitan dengan hak Allah.
Bagaimana bertobat dari dosa yang semacam ini? Untuk bertobat dari dosa yang semacam ini seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri dan tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya. Jika dia benar-benar memperbaiki dirinya, maka pasti Allah mengampuninya.
2. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada
Seperti orang yang tidak mengerjakan puasa. Seorang manusia yang meninggalkan puasa dia berdosa besar. Perbuatan meninggalkan puasa adalah dosa besar, sehingga apabila seorang meninggalkan satu hari puasa dengan sengaja, maka dia harus berpuasa selama enam puluh hari sebagai kafarah dari perbuatannya. Disamping juga harus mengqada puasa yang ditinggalkannya, atau dia memberi makan enam orang miskin.
Adapun jika seseorang tidak membayar zakat pada hakikatnya dia tengah memakan api neraka. Namun jika mereka bertobat, dengan menyesali apa yang telah dilakukan, dan bertekad sejak saat itu hingga seterusnya mereka akan selalu mengerjakan shalat, mengqada’ kewajiban puasa yang ada di pundaknya dan membayar zakat, baik yang sekarang maupun yang telah lalu, maka pasti Allah akan mengampuninya, betapapun besarnya dosa yang dia miliki.
3. Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti
Dosa jenis ini seperti perbuatan Ghibah, mengumpat, mencari cari kesalahan orang atau menggunjing. Mengumpat adalah perbuatan dosa besar. Pada hari kiamat orang-orang yang suka mengumpat dan menuduh, akan diletakkan di atas darah dan nanah selama lima puluh ribu tahun, hingga semua orang telah selesai dari menjalani hisab, kemudian setelah ini mereka dipindahkan ke dalam neraka Jahanam.
Namun, jika mereka bertobat dan tidak mengumpat lagi, serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah akan mengampuninya. Sehingga dia kembali tidak ubahnya menjadi seperti seorang bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Dan jika dia bisa menghilangkan tuduhan yang telah dia alamatkan kepada orang lain, dan menjaga martabat dan kehormatan mereka, serta pergi kepada setiap orang yang telah diumpatnya untuk meminta keridaannya, hal yang demikian merupakan perbuatan yang baik.
4. Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka
Kategori dosa jenis ini diantaranya memakan harta orang lain, walaupun hanya sekadar satu karat, walaupun hanya sebutir gandum. Setiap orang yang memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, maka pada hari kiamat dia akan datang dengan membawa harta itu di pundaknya. Dia di hadirkan pada hari kiamat ke barisan di padang mahsyar dengan dipermalukan.
Namun demikian, hak orang lain ini sendiri ada tobatnya, yaitu mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya kemudian menyesali atas apa yang telah terjadi, dan tidak memakan harta haram lagi. Dia juga tidak boleh menjadi seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia.
Apabila tidak mempunyai harta untuk mengembalikan harta orang lain yang telah dighasabnya, maka dia harus bertekad untuk mengembalikannya manakala dia telah mampu. Jika dia melakukan dengan konsisten, maka tobatnya akan diterima oleh Allah.
Membiasakan Diri Bertobat
Setiap manusia sudah seharusnya senatiasa mengingat tobat dan harus tetap tumbuh di dalam hati setiap muslim sampai meninggal dunia. Hati setiap muslim wajib senantiasa bergetar di hadapan keagungan Allah Dzat Yang Maha menerima taubat hambanya. Hati setiap muslim harus senantiasa memperlihatkan dan menilite kesalahan dan dosa, sehingga tidak terulang kembali. Seorang Mu'min tidak boleh kehilangan tongkat dua kali dan tidak boleh jatuh pada lobang sama dua kali.
Jika seseorang bertobat dari dosanya dengan tobat yang sesungguhnya [tobatan nasuha] maka tidak ubahnya dia seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Setelah bertobat, seseorang tidak ubahnya seperti bayi yang baru lahir dari ibunya.
Manusia harus yakin bahwa bila seseorang melakukan dosa yang banyak, dan pada saat yang sama mengurungkan niat untuk bertobat dan mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuninya, maka justru perkataannya ini merupakan dosa yang besar yang mendekati batas kekufuran.
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti dia telah melakukan dosa besar yang mendekati batas kekufuran. Karena, sesungguhnya Allah tetap membuka pintu tobat selama dia belum mati. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali jika dia tidak beriman kepada Allah.
Oleh karena itu, seberapa pun besar dosa seseorang, walaupun menyamai buih di lautan lalu dia bertobat dari dosanya dan memperbaiki dirinya, serta bergetar hatinya dan menyesali apa yang telah dilakukannya, maka pasti Allah swt. mengampuninya.
Sebuah syair berbunyi, "Kembalilah kepada-Ku bagaimanapun juga keadaanmu seandainya engkau seorang kafir atau penyembah berhala, kembalilah." Pintu Kami ini bukanlah pintu keputusasaan, sekalipun engkau telah menghancurkan tobatmu hingga seratus kali, kembalilah. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat." Artinya, bahwa Allah swt. menyukai seseorang yang bertobat, meskipun dia telah merusak tobatnya sebelumnya.
Post a Comment for "Apa Itu Tobat? Hakikat, Penggolongan, Tata Cara dan Jenisnya"