Beriman kepada Qada dan Qadar Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah
Sumber: Pixabay |
Qada adalah ketetapan Allah pada zaman azali. Karena sesuatu itu akan terjadi sesuai ketetapan Allah pada zaman azali. Seperti ada seseorang yang ditetapkan Allah akan lahir berjenis kelamin laki-laki, dari rahim seorang ibu bernama Fulanah.
Sedangkan Qadar adalah ketetapan Allah yang terjadi sekarang. Seperti pada hari ini ada bayi lahir berkulit hitam dan berambut pirang dari seorang ibu bernama Fulanah.
DR. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA Dalam bukunya Membumikan Aswaja halaman 69 menyebutkan, Ahlussunah Waljama'ah mempercayai adanya qadha (hukum) dan qadar (ketentuan) Allah, yaitu takdir ilahi. Takdir tersebut meliputi hal-hal berikut:
- Semua kejadian di dunia ini, sudah ada qadha Allah, yaitu hukum Tuhan pada azal bahwa hal tersebut akan terjadi.
- Semua kejadian di dunia ini, baik dan buruknya, semuanya diciptakan oleh Allah. Pendeknya, nasib baik dan nasib buruk manusia semua dari Allah, dan manusia hanya menjalani takdir saja.
- Meskipun semua yang terjadi ini atas takdir Tuhan, tetapi manusia telah diberi kasab, ikhtiar dan usaha. Karena itu manusia wajib berikhtiar dan berusaha.
- Pahala yang diberikan Allah kepada manusia adalah karena karunia-Nya dan hukuman yang diberikan kepada manusia adalah karena keadilan-Nya.
Cara memahami qada dan qadar yang diyakini warga Ahlussunah Waljama'ah NU ini merupakan jalan tengah (tawasuth). Yaitu, jalan tengah antara Jabariyah versus qadariyah.
Menurut Jabariyah seluruh perbuatan manusia diciptakan Allah, dan manusia tidak memliki peranan apapun. Sebaliknya Qadariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan manusia itu sendiri, dan Tuhan tidak teriibat dalam pekerjaan manusia, Sehingga manusia memiliki keuasaan penuh.
Menyikapi kedua pendapat tersebut, Ahlussunah Waljama'ah sebagaimana yang ditunjukkan Imam Abu Hasan al Asy'ari kemudian mengembangkan konsep al-kasb. Konsep al-kasb adalah konsep yang meyakini bahwa perbuatan manusia diciptakan Allah, namun manusia memiliki peranan dalam perbuatannya.
Kasb juga bermakna bahwa keaktifan dan ikhtiar menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggungjawab atas perbuatannya. Sehingga dengan akidahnya ini, kaum Ahlussunah Waljama'ah NU selalu kreatif dalam kehidupannya. Kendati rajin berusaha tetapi tidak melupakan bahwa Allah lah yang menentukan semuanya. Manusia punya rencana, Allah juga punya rencana. Rencana Allah pasti terjadi, sementara rencana manusia belum tentu terjadi.
Imam Abu Mansyur al Maturidi sejalan dengan Imam Abu Hasan al Asyari. Menurut Maturidi, Manusia diberikan kebebasan untuk memilih dalam berbuat. Dengan demikian manusia yang dikehendaki adalah manusia yang kreatif. Tetapi kreatif itu tidak menjadikan manusia sebagai makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan sesuatu. Manusia kreatif menurut Ahlussunah Waljama'ah NU adalah manusia kreatif dan pandai bersyukur, kerena kemampuannya melakukan sesuatu tetap dalam ciptaan Allah.
Post a Comment for "Beriman kepada Qada dan Qadar Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah"